Sunday, May 27, 2012

asimetris di festival Malang Tempo Doeloe,,

hai semua,,
ingin berbagi cerita ni,
mulai tanggal 24 Mei kemarin [sampai hari ini], asimetris join sama temen-temen asimetris untuk buka stan di festival Malang Tempo Doeloe,,
sedikit cerita tentang MTD,
kegiatan ini diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan ulang tahun Kota Malang, biasanya diadakan di akhir bulan Mei [padahal ulang tahun Malang 1 April]
jadi ada sebuah kawasan rumah-rumah peninggalan jaman Belanda, disebut jalan Ijen, yang panjangnya kurang lebih 3 km, disulap menjadi pasar rakyat,, dibuat sedemikian rupa supaya nampak seperti pasar tempo dulu, mulai dari stannya, barang yg dijual, pakaiannya, hiburannya,,
tapi sayang, menurut saya, sejak MTD yg ke-5 [yang sekarang ini ke-7], aura ke-tempo-dulu-annya semakin berkurang,, orang-orang yg berkunjung suda banyak yg tidak menepati peraturan dengan menggunakan kostum selain tempo doeloe ataupun batik,, padahal kalo mereka mau dengan senang hati menaatinya, pasti semakin meriah acara itu, tidak [sekedar] pasar malam pindah,, huhuhu,,,

oya, ini dia penampakan asimetris di sana,,

 
yang batik-batik dibuat khusus untuk acara ini,, ^^

selain asesoris-nya asimetris, di situ juga dijual lilin gel, kaos sablon yg gambar-nya khusus tentang MTD [Mr. Clash], topeng malangan [Jurang Wugu], dan kesenian Indonesia,,
ini kali kedua asimetris ikut bazaar,, alhamdulillah bisa disukai pengunjung,,
jadi, semoga akan ada kali-kali yg lain,, *ehehehe

Happy bazaar ya!! *eh

Thursday, May 24, 2012

so vintage, huh,,

haihai,,
ini lagi mau posting ready stock bulan ini,, yang masih angin-anginan,, kali ini masih didominasi rajutan,, karna si Tata lagi getol-getolnya merajut,,
tapi sebentar lagi mungkin persediaan rajutan agak berkurang karna si Tata mulai kerja kantoran,, yeeey,, ucapkan selamat padanya,, [jadi, haruskah saya belajar merajut? hehe,,]

jepit rambut,,


kalung,,

bando,,

bolero,,

oya, ini pas foto untuk bolero rajutan, saya menggunakan tas vintage,, bener-bener vintage deh,, karna ini warisan dari bude saya ahahaha,, tapi keren kan?!?



untuk asimetris lainnya silakan liat di sini ya,,

bagi yang berminat silakan hubungi
e-mail: ratihpadmasari@gmail.com
hape: 085649957856 [sms only]


hepi handmade!! ^^

Sunday, May 13, 2012

Origami: bunga lili

 

 Masih ingat cerita saya tentang gathering Indonesian Crafter Reg. Malang?, masih ingat dengan dekornya yang seru abis itu kan?, [hehehe] nah, kalo kalian sempat liat bunga yang ada di meja, itu saya yang bikin lho hahaha,,


Nah, kali ini, saya pengen share bagaimana cara membuatnya.
Alat dan bahan yang saya gunakan:
1. kertas kalender tahun 2011
2. pensil
3. penggaris
4. gunting
5. pewarna makanan
6. sprayer
7. sedotan

Saya menggunakan diagram yang ada di buku “Kreasi Origami” karya Eileen O’Brien dan Kate Needham, namun sebenarnya banyak diagram-diagram lain yang beredar di internet. Berikut langkahnya:
1. Potong kertas kalender dengan ukuran 12 x 12 cm
    Catatan: yang saya gunakan adalah kalender bagian belakang/kertas putihnya
2. Lipat kertas sesuai langkah di diagram
3. Campurkan pewarna makanan dengan air, semakin banyak air semakin pudar warnanya. [saya menggunakan warna merah]
4. Semprotkan pewarna pada bunga [jangan terlalu basah ya], kemudian keringkan bunga
5. Bila sudah kering, atur kembali bentuk bunga
6. Lem bunga pada sedotan [lebih baik menggunakan sedotan berwarna hitam]
7. Buat lebih dari 1 tangkai bunga, supaya bisa dirangkai

Voila,,  jadilah pinky lily flower,, bagus kan? [btw, pink atau ungu ya hehehe,,]

narsis bentar :D

selamat ber-origami, kalian!! ^^

Orang Belanda Tidak Suka Nyusuh*

*nyusuh = menyimpan dan menumpuk banyak barang

Saya paling tidak menyukai kebiasaan orang yang suka mengkoleksi barang, entah pakaian, sepatu atau furniture. Apalagi kalau barang-barang itu didapatkan dengan membeli baru, barang impor, harga selangit. Fungsinya apa coba? Padahal akhirnya tidak semua barang itu terpakai. Bahkan bisa rusak hanya karena disimpan terlalu lama. Sayang banget kan?

Entah karena keluarga saya pelit, terbiasa hidup sederhana, atau bahkan cenderung seadanya [hehehe], saya selalu diajarkan untuk setia pada satu barang. Jadi tidak akan membeli yang baru, sebelum barang itu rusak atau tidak muat. Bahkan dalam keluarga kami ada semacam sistem 'turun-temurun'. Pakaian milik kakak yang suda tidak muat akan menurun pada saya, sedang milik saya akan menurun pada adik. Lalu punya adik? Biasanya akan diberikan pada saudara atau orang lain yang membutuhkan. Bukannya menyepelekan orang tersebut sih, tapi selama barang itu masih layak pakai kenapa tidak diberikan saja pada orang yang lebih membutuhkan.

Dari kebiasaan ini saya mnyimpulkan bahwa saya mampu bertahan hidup di Belanda hahaha,, karena ternyata orang Belanda, terutama di kota Zwolle, juga memiliki kebiasaan yang sama. Mereka tidak suka menumpuk baju, mereka hanya mnyimpan baju yang pasti akan mereka pakai, selebihnya akan mereka sumbangkan.

 Ada 3 cara sih yang bisa mereka lakukan untuk menyumbangkan pakaian-pakaian itu.
Pertama lewat kringloop, yaitu semacam toko secondhand. Jadi orang Belanda bisa menjual pakaian mereka tadi di toko ini. Ada 2 jenis kringloop, yang dikelola oleh swasta atau milik perorangan, dan ada yang milik pemerintah, yang hasil penjualannya akan diserahkan kepada pemerintah untuk dikelola.
Cara kedua yaitu melalui kotak kleeding. Kotak ini adalah semacam kotak sampah yang terbuat dari besi dan khusus diperuntukkan 'sampah' baju. Jadi baju-baju yang akan disumbangkan, dibungkus dengan plastik terlebih dulu baru dimasukkan dalam kotak kleeding tadi.
Yang ketiga bisa melalui yayasan sosial. Jadi secara periodik, petugas yayasan akan memasukkan plastik dan surat ke kotak pos rumah-rumah. Isi surat kurang lebih memberitahukan pemilik rumah bahwa mereka bisa menyumbangkan baju tak terpakai dengan cara memasukkan dalam plastik tersebut dan akan diambil petugas sesuai dengan waktu yang tertera dalam surat tadi.
Wow,, sungguh terencana dan terorganisir ya. Coba kalo di sini, mungkin baju-baju itu akan semakin ditumpuk.
Toko secondhand di Zwolle - sumber foto di sini
  
Oya, menurut teman saya yang tinggal di Belanda, kebiasaan lain orang Belanda adalah cenderung hidup nomaden. Mereka lebih suka menyewa flat/apartemen dengan sistem kontrak. Jika mereka akan pindah, mereka harus mengosongkan rumah yang mereka sewa sebelumnya, kecuali mereka ijin kepada pemilik rumah untuk meninggalkan mebel. Karenanya, mereka harus benar-benar menjaga dan merawat barang mereka dengan baik. Karena seandainya barang mereka rusak dan ingin membuangnya, meraka harus menghubungi dinas sampah setempat, dan membayar mahal pajak sampahnya yang diukur dari per meter kubiknya. Dengan aturan ini, pemerintah berusaha mengurangi sampah di belanda. Hmm,, kreatif juga. Sampah saja sampai di-pajak-kan.
kota Zwolle yang bebas sampah - sumber foto di sini

Dan, sepertinya saya memang ada bakat jadi orang Belanda.

sumber data: Juni Maury - joeneyscraft.blogspot.com